Sunday, March 23, 2014

Rasa.. Akal.. Iman..

Bismillah...
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, 'Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan'. Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh-barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan". [AQS. Al Muminun:99-100]
Inti dari ayat tersebut adalah: penyesalan karena telah lalai selama di dunia, lalu minta dikembalikan. Tapi Alloh Maha Tahu bahwa keinginan itu hanyalah ucapan saja.
Penyesalan atas apa? KEMATIAN.
Siapa yang menyesal? ORANG KAFIR.
Maka dalam ayat tersebut jelas, bahwa sikap penyesalan/sedih akan suatu kematian hanyalah dilakukan oleh orang kafir, BUKAN MUSLIM!!.

Maka ketika ada seorang muslim yang meninggal lalu keluarganya tak (terlihat) sedih, lalu dikomen oleh orang-orang, justru....
SEDIH? Pasti! -> itu wilayah perasaan (emosional).
Namun sebagai seorang muslim yang memiliki IMAN, maka bentuk kesedihan bukanlah menampakkannya. Bentuk kesedihan bukan pula atas kepergiannya. Namun kesedihan apabila yang meninggal semasa hidupnya bukanlah orang yang taat, lalai, atau bahkan ingkar. Sedih, jika saat-saat menjelang kepergiannya berhiaskan maksiat.
Namun ketika yang pergi saat menjelang wafatnya justru melakukan ibadah, maka sedih yang hadir akan terganti oleh kebahagiaan. Bahagia karena bahkan di penghujung usia pun dipenuhi ibadah ^_^……
PERASAAN dibimbing oleh ILMU/AKAL dibimbing oleh IMAN
Maka ketika bicara IMAN, tak kan lah kita tega membiarkan mayyit menunggu sanak famili yang datang (perasaan). Karena dalam IMAN, kita memahami bahwa sunnahnya adalah menyegerakan agar mayyit dimakamkan.
Maka ketika bicara IMAN, sebagai keluarga yang ditinggalkan, tak kan lah kita meraung bersedih menuruti perasaan. Karena secara IMAN, kita paham bahwa itu meniru manusia-manusia bodoh jahiliyah.
Jua ketika kita sebagai sahabat/tetangga sang keluarga. Secara IMAN, tak kan lah kita berucap atau berdesir di hati mempertanyakan mengapa keluarga yang ditinggalkan tak bersedih …
PERASAAN dibimbing oleh ILMU/AKAL dibimbing oleh IMAN
~||~
"Maka ketika win merasa ga enak ke saya, karena ga datang kemarin…„ itu perasaan...
Namun secara IMAN saya akan paham bahwa ketika anak perempuan belum menikah, prioritasnya adalah orangtua, terutama ibu.
Dengan begitu saya juga paham dengan alasan rini kemarin dan maklum.
Ketika kita memang sudah berupaya memahamkan orangtua kita namun ternyata saat itu kondisi nya belum bisa, lalu kita harus memilih (ILMU/AKAL) maka jika paham ilmu nya tentu akan memilih ibu/ortu (IMAN]). Saya, secara IMAN, juga akan paham dengan pilihan itu."
~||~
Disitulah..
Ketika kita harus memilih (aktifitas akal) maka pilihan kita sebagai muslim adalah pilihan IMANI… bukan PERASAAN.
^_^
@21Jan14

No comments:

Post a Comment